Selasa, 03-03-2009 13:04:20                     oleh: 
RITAPUNTO
Masalah sampah selalu  saja menarik untuk dibicarakan tetapi menakutkan untuk dijamah. Serbuan  sampah menjadi momok ketiga setelah serangan 'bludrek' dan diabetes,  semua orang bahkan seisi kota bisa stres jika sampah telat ditengokin  petugas kebersihan. Padahal calon sampah sudah menanti untuk dikeluarkan  dan harus segera lenyap karena estetika akan berkurang nilainya jika  sampah ada dimana-mana.
Sampah dimana-mana, kenapa bingung??
Semua  riset mengatakan bahwa pertambahan sampah jumlah nya sama dengan  pertambahan jumlah penduduk, jadi jika bayi kita lahir maka itu sama  artinya bumi mendapat penghuni baru sekaligus ketambahan pembuang sampah  baru. Nah, jika demikian krusialnya permasalan sampah ini, kenapa kita  harus mempersulit penanganannya. Iya, kan?
Cobalah berpikir  cerdas..sampah adalah bagian  terintim dari diri kita, bahkan petugas  sampah yang kreatif bisa membuat data perilaku dan tabiat penghuni  sebuah komplek perumahan hanya dengan melihat sampah yang berserakan  dipemukiman itu. Dia tahu kapan  nyonya A dan anak perempuannya datang  bulan, keluarga B yang pelit karena sampahnya selalu berupa batang  kangkung dan bungkus tempe, atau warga C yang anaknya kena narkoba dan  baru saja pesta shabu.
Sebenarnya kalau mau, kita bisa mempermudah  urusan sampah-menyampah ini. Tirulah cara kerja alam yang selalu  mereduksi sampahnya, misalnya di hutan tidak ada sampah, semua menyusut  sehingga tidak kita jumpai menggunungnya guguran daun atau ranting atau  bangkai hewan. Semua sampah itu di lahap bakteri dan mikroba lalu diurai  menjadi humus, kembali ke alam sebagai material kimia organik yang  bermanfaat.
Dengan meniru cara kerja alam, seyogyanya manusia juga  bisa mereduksi sampah organiknya menjadi kompos. Siapa bilang bikin  kompos itu susah, menjijikkan, buang waktu dan butuh lahan luas. Tahukah  kalian , sejumlah teman saya ketagihan membuat kompos setelah mereka  tahu ternyata mengolah sampah dapur menjadi kompos itu sangat  menyenangkan, tidak membutuhkan waktu, bersih, dan bisa mengatasi  masalah sampah dapur basah.
Kuncinya adalah niat dan komposter  yang "cantik". Yuk, kita berbagi kasih kepada bumi dengan cara mereduksi  sampah dapur kita sendiri. Jika belum tahu menyiasati bikin kompos yang  menyenangkan, ikuti pelatihan singkatnya di Workshop Hijau Hayati,  Jatiasih - Bekasi. Pada tanggal 7 Maret 2009, pukul 9 - 13.00  akan ada  pelatihan mengolah sampah dapur yang basah menjadi kompos menggunakan  bantuan komposter yang cantik dan menarik. Dijamin setelah mengikuti  pelatihan ini kamu tidak akan jijik lagi berhadapan dengan sampah dapur